So, this is my first children stories which published in mass media. More precisely, it published at local daily newspaper in Special Region of Yogyakarta Province; Kedaulatan Rakyat, Sunday, 28th July 2013.
Resume
This story tells about three little girls who are suspected about to steal some fruit, own by Kakek Sam, a grumpy old man. Unexpectedly, he give them a jackfruit. The fruit makes them close, but Kakek Sam is about to move in to Bogor. Nevertheless, the three little girls are not sad. They've promised to send a letter to Kakek Sam routinely. They even plan to make an Eid Mubarak's card for him.
Idea
Resume
This story tells about three little girls who are suspected about to steal some fruit, own by Kakek Sam, a grumpy old man. Unexpectedly, he give them a jackfruit. The fruit makes them close, but Kakek Sam is about to move in to Bogor. Nevertheless, the three little girls are not sad. They've promised to send a letter to Kakek Sam routinely. They even plan to make an Eid Mubarak's card for him.
Idea
I got the idea when I was working as an assistant editor at Bentang Pustaka publisher. Bentang Pustaka's previous office has a backyard with jackfruit tree. All the staffs used the backyard as motorcycle parking spot. Since I used to park everyday, then Petra, my little colleague and I started to put attention to the jackfruit tree. Especially, when it started to bear fruits. I thought, "What could I do with the jackfruit tree?" Then suddenly, when I was laying on my bed, the idea came, hehe.
***
Nangka
Kakek Sam
“Vina,
main yuk!”
Mendengar
itu, Vina keluar kamar. Di depan rumah, Kiki dan Rena sudah menunggu
dengan sepeda mereka. Vina mengambil sepedanya lalu mengikuti Kiki
dan Rena. Rute bersepeda mereka selalu sama, memutari kompleks lalu
berhenti di taman dekat rumah Kakek Sam.
“Eh,
lihat! Pohon nangka di rumah Kakek Sam sudah berbuah!” seru Rena.
Vina
dan Kiki memperhatikan pohon yang ditunjuk Rena. Salah satu buah
sedang dibungkus plastik berwarna hitam, sementara yang lain
dibiarkan terbuka sehingga tampak warnanya yang kekuningan. Hmm, Vina
dan Kiki menelan ludah membayangkan kelezatannya.
“Hei,
siapa di situ? Mau mencuri buahku ya?” bentak Kakek Sam.
Vina,
Rena dan Kiki kaget. Mereka buru-buru pergi, tapi Kakek Sam memergoki
mereka.
“Sedang
apa kalian di sini?” tanya Kakek Sam galak.
Kakek
Sam tak pernah ramah dan selalu curiga pada anak-anak. Wajar saja,
karena pohon buah di rumahnya sering menjadi incaran anak-anak.
“Ka-kami
cuma sedang beristirahat setelah bersepeda di sekitar sini. Kebetulan
saja kami memperhatikan pohon nangka Kakek,” jawab Kiki ketakutan.
Di
luar dugaan, Kakek Sam menyuruh mereka berkunjung ke rumahnya.
“Jangan lupa masukkan sepeda ke garasi, supaya tidak dicuri
orang,” perintahnya.
Kakek
Sam masuk sebentar ke rumahnya. Saat keluar, ia membawa sebilah
parang dan tiga kantong plastik. Ia menuju ke pohon nangka di halaman
rumahnya, memperhatikan buah nanga yang kekuningan,
mengetuk-ngetuknya, lalu... syat! Buah itu ditebasnya.
“Kalau mau memilih nangka yang sudah matang, cari yang warnanya
kekuningan atau hijau kecoklatan. Cek apa durinya tumbuh berjauhan
dan sudah tidak tajam. Setelah itu diketuk-ketuk, apakah berbunyi
nyaring,” ujar Kakek Sam sambil memotong nangka itu menjadi tiga
bagian.
Ia memasukkan nangka itu ke kantong plastik lalu memberikannya pada
Vina, Kiki dan Rena. Mereka menerima bungkusan itu dengan heran.
“Kok kakek tidak menyisakan nangka ini untuk diri sendiri?” tanya
Vina.
Kakek Sam tersenyum. “Masih ada banyak nangka di pohon. Lagipula,
kalau kalian mengolah nangka ini, kakek jadi bisa dapat tiga masakan
sekaligus. Ayo belajar memasak, jangan cuma bermain masak-masakan di
taman.”
Tiga gadis kecil itu tersipu. Mereka tak menyangka Kakek Sam yang
terkenal galak ternyata baik hati dan selalu memperhatikan mereka
saat bermain di taman dekat rumahnya.
Esok sorenya, Kiki dan Rena berkumpul di rumah Vina. Mereka membawa
masakan masing-masing. Vina membawa kolak biji salak campur nangka,
Kiki membawa talam nangka, sedangkan Rena membawa bolu nangka.
“Yuk kita bawa ke rumah Kakek Sam! Hati-hati membawanya,” ucap
Rena.
Kakek Sam gembira melihat mereka datang. Ia segera membantu mereka
yang terlihat kerepotan. Sambil menunggu waktu berbuka, Kakek Sam
mengobrol dengan Vina, Kiki dan Rena. Masing-masing tak sabar
menceritakan pengalaman memasak mereka.
“Awalnya kukira kolak biji salak itu benar-benar dibuat dari biji
salak,” ujar Vina polos, ditimpali suara tawa Kakek Sam.
Kakek Sam lalu menunjukkan koleksi album perangko dan bukunya. Vina,
Kiki dan Rena antusias melihatnya. Kakek Sam membiarkan mereka
melihat beberapa buku.
“Boleh kami berkunjung lagi ke sini besok?” tanya Rena.
“Maaf, tapi besok Kakek sudah tidak tinggal di sini. Kakek akan
pindah ke Bogor,” jawab Kakek Sam muram.
“Jadi, Kakek tidak akan Lebaran di sini?” tanya Kiki memastikan.
Kakek Sam menggeleng. “Begini saja, Kakek akan berikan alamat rumah
Kakek di Bogor supaya kita bisa saling berkirim surat. Bagaimana?”
tawarnya.
Vina, Kiki dan Rena mengangguk. Mereka berjanji akan rajin mengirim
surat. Meski ada email, tapi mereka memilih pos supaya Kakek
Sam bisa mengoleksi perangko dari surat yang mereka kirimkan. Saat
Maghrib tiba, Kakek Sam menawarkan mengantar pulang.
“Terima kasih, tapi kami pulang sendiri saja. Besok kami ke sini
lagi untuk mengantar Kakek,” jawab Rena sopan.
Sesuai
janji, esoknya tiga sekawan itu mengantar Kakek Sam yang hendak
berangkat ke Bogor. “Selamat jalan, Kakek! Hati-hati di jalan!”
kata Vina, Kiki dan Rena kompak. Kakek Sam tidak tahu, mereka mau
membuat dan mengirimkan kartu Lebaran untuknya!
0 komentar:
Post a Comment