Resume
This story tells about Kanaya, an overbearing fairy who win a cooking contest at the royal palace. Afterwards, she becomes a chef. However, Kanaya is expelled from palace because she did a mistake by poisoning the food inadvertently. When everyone against her, Tami, her best friend offers her to be a chef in Tami's bakery.
Idea
I got the idea when I realize that in my aunt's house, there were a lot of foods, either purchased or received, which is expired. The housekeeper grumbled about the householder's habit which kept foods for theirself for a long time, then forgot to eat it. Knew that, I scared that I took the spoiled poisoning food, so I always check the expired date.
I thought about this problem for a few days. Then one night, I couldn't bear my feeling, so I started to write this story for two hours. Haha, it proves me that negative emotions is not 100% bad, unless you can turn it into a good things :)
Idea
I got the idea when I realize that in my aunt's house, there were a lot of foods, either purchased or received, which is expired. The housekeeper grumbled about the householder's habit which kept foods for theirself for a long time, then forgot to eat it. Knew that, I scared that I took the spoiled poisoning food, so I always check the expired date.
I thought about this problem for a few days. Then one night, I couldn't bear my feeling, so I started to write this story for two hours. Haha, it proves me that negative emotions is not 100% bad, unless you can turn it into a good things :)
***
Koki Kanaya
Tami, Kanaya dan peri-peri lain sedang sibuk. Dua minggu lagi
diadakan lomba memasak di kerajaan. Pemenangnya akan mendapat hadiah
istimewa, menjadi koki di istana! Karena itu kini para peri di
kerajaan sedang mempersiapkan diri. Mereka melatih resep-resep
rahasia yang dipunya agar dapat menjadi juara.
“Lihat saja, pasti aku yang akan menang,” ucap Kanaya sombong.
Peri mungil itu memang jago memasak. Di akademi istana, masakannya
selalu dipuji oleh guru dan teman-temannya.
Meski begitu, Tami, sahabatnya diam saja. Ia tetap tekun berlatih
tanpa memperhatikan ucapan-ucapan sombong Kanaya. Suatu ketika, Tami
melihat Kanaya lalai membersihkan dapurnya.
“Lho, Kanaya, dapurmu kok tidak dibersihkan?” tanya Tami heran.
Kanaya bersungut-sungut. “Apa pedulimu? Masakan buatanku masih
tetap enak meski aku tak membersihkan dapurku,” sergahnya.
Meski tinggi hati, namun ucapan Kanaya ternyata terbukti. Di hari
perlombaan, ia keluar sebagai juara dalam lomba memasak.
“Nah, betul kan apa yang kubilang? Aku pasti menang!” seru Kanaya
sombong. Ia tak memedulikan Tami yang hendak memberi selamat. Kanaya
justru buru-buru pulang dan sibuk mempersiapkan barang-barang yang
akan dibawanya ke istana.
Esoknya, Kanaya memulai hari sebagai koki istana. Ia tercengang saat
melihat dapur istana yang begitu luas. Pengurus istana sudah
memberinya ijin untuk menggunakan dapur itu sesukanya. Ia juga
diperbolehkan memesan bahan makanan apa saja selama ia tidak lupa
memasak masakan yang enak untuk Ratu Tania.
Mendengar itu, Kanaya kegirangan. Ia segera memesan bahan-bahan
makanan terbaik dari penjuru negeri dan menyimpannya di gudang bahan
makanan.
“Ngg.. Kanaya, apa jumlahnya tak kebanyakan?” tanya pengurus
istana cemas. Ia memperhatikan gudang istana yang kini dipenuhi
bermacam-macam bahan makanan.
“Tenang saja, aku pasti bisa memanfaatkannya dengan baik,” seru
Kanaya yakin.
Ia meninggalkan pengurus istana dan mulai memasak dengan riang
gembira. Masakan pertama yang dibuatnya adalah pancake arbei.
Sebab iadengar, Ratu Tania suka sekali makanan itu.
“Wah, pancake buatanmu lezat sekali, Koki. Selai arbeinya juga
segar,” puji Ratu Tania antusias saat mencicipi.
Kanaya tersenyum senang. Ia jadi makin bersemangat untuk memasak.
Namun, uh-oh.. ada masalah. Entah kenapa, beberapa hari kemudian para
penghuni istana terserang penyakit yang sama. Bahkan Ratu Tania pun
ikut sakit perut, demam dan muntah-muntah.
“Hmm.. Ratu keracunan. Coba periksa dapur istana dan gudang bahan
makanan,” perintah dokter yang memeriksa.
Kanaya ketakutan. Seingatnya, ia tak melakukan kesalahan saat memasak
bagi Ratu dan para penghuni istana. Namun hasil pemeriksaan dari
dokter dan pengawal istana berbeda.
“Bisa-bisanya kamu membiarkan bahan makanan bertumpuk hingga
berjamur selama berhari-hari, Koki. Kebersihan dapur dan alat-alat
masakmu pun tak pernah dijaga. Bagaimana kamu ini, Koki! Kamu tahu?
Kini Ratu Tania sakit karena ulahmu!” bentak dokter istana.
Kanaya
pucat pasi. Ia hanya bisa menunduk untuk menyembunyikan tangis. Dalam
hati ia mengakui kesalahannya. Karena terlalu gembira diberi
keleluasaan oleh pengurus istana, dengan ceroboh ia memesan bahan
makanan apapun yang suka. Kanaya tak peduli bahan-bahan itu menumpuk
berhari-hari karena sebagian bahan makanan itu toh dihabiskannya
sendiri.
Untung dokter dan pengawal istana tak mengetahui rahasia kecil ini.
Tapi bagaimana dengan Ratu Tania dan para penghuni istana yang
terlanjur sakit? Uh, Kanaya tak berani membayangkan hukuman apa yang
akan menerimanya.
Kanaya jadi teringat pada Tami. Ia menyesal tak pernah memperhatikan
ucapan sahabatnya itu tiap kali ia ceroboh dan tak menjaga kebersihan
dapur. Kanaya bertekad untuk meminta maaf pada Tami setelah masalah
ini selesai.
Untunglah tiga hari kemudian Ratu dan para penghuni istana sudah
sembuh. Meski begitu, sebagai hukumannya, Kanaya kini diusir dari
istana. Ia tak menjadi koki di tempat itu lagi.
Dengan sedih Kanaya kembali ke desanya. Namun di sepanjang jalan
peri-peri lain memperhatikan dan berbisik-bisik di belakangnya.
Rupanya kabar tentang kecerobohan dan perintah pengusiran Kanaya
sudah menyebar di desa. Kanaya jadi semakin sedih.
Esoknya Tami berkunjung ke rumahnya. Kanaya segera meminta maaf pada
peri itu tentang perlakuannya yang buruk selama ini.
“Sudah, tak apa-apa Kanaya. Aku juga tak pernah dendam padamu kok,”
kata Tami lembut. “Oh ya, kalau kamu mau, mungkin kamu bisa menjadi
koki di tokoku. Setelah kamu pergi ke istana, aku mendirikan toko
roti sendiri, tapi sekarang kami sedang kekurangan tenaga untuk
membantu,” lanjutnya.
Mata Kanaya langsung berbinar-binar mendengar ajakan itu. Ia
membayangkan betapa senangnya bisa memasak lagi di dapur yang cantik,
dikelilingi bahan-bahan makanan terbaik.
“Ngg, tapi.. Tak apa-apa kalau aku membantu di tokomu? Bagaimana
kalau nanti aku membuat masalah lagi seperti di istana?” tanya
Kanaya ragu.
Tami tersenyum. “Tentu saja, kali ini kamu harus lebih menjaga
kebersihan dapur dan bahan makananmu dong! Jangan sampai ada yang
kadaluwarsa atau berjamur. Kalau sampai melanggar itu, akan
kukeluarkan kamu dari tokoku!” jawab Tami sambil bercanda.
Kanaya tersenyum senang mendengar jawaban itu.
0 komentar:
Post a Comment