So, this is my eleventh children stories which published in mass media. More precisely, it published at Kedaulatan Rakyat newspaper, July 26, 2017
Resume
This story tells about Bagas who feels disappointed after Aunt Rena gave him a DIY paper bookmark, with the shape of Japanese woman, or washi ningyo, as a gift. To own it, Bagas needed to answer Aunt Rena's question correctly, about where did Aunt Rena take picture while she was spending her holiday in Japan. That difficulties forced Bagas to come to Yogyakarta's city library daily and read the book about Japanese tourism spot carefully.
In the end, Bagas finally realizes that her aunt just wants to support him to be interested more in reading books, and she gave that gift because years ago, her aunt, her father and their siblings lived penniless. That was why Aunt Rena's mother (or Bagas' grandmother) asked her, if she might have a chance to go abroad, then she may not spend her money to buy gift for the family. Instead, she needs to spend money by visiting the museum, where she can gain knowledge and share the story as a gift for the family.
Idea
I got the idea from several things: 1) a DIY paper bookmark, with the shape of Japanese woman, or washi ningyo, which I made when I was in JHS or SHS, 2) the article from Kompas daily newspaper which I read on the early years on college, about a young socialite, who was forbidden by her mother to spend her money on gift and asked to use it to visit museum when she go abroad, 3) my love for the chic and sophisticated Yogyakarta's city library, one of the place I mostly visit during college because it provides convenient to work. Unfortunately, in this children story, the editor seemed forget to type "Yogyakarta" before the phrase "city library". Perhaps they want to make the story as common as they can, so this can be enjoyed by people in general (not only in Yogyakarta).
I want to thank Mas Effy Widjono Putro from Kedaulatan Rakyat newspaper who contacted me and asked to send him the revised children story by email, because they had no room for 750 words children story. So, I had to cut it into 600 words, although after it got publish, I think I might need to cut it into 500 words. Last, I want to thank my friend, Kuntoro, who kept this newspaper dearly for two weeks, after I told him that my children stories published there. I am happy ❤
***
Hadiah
Tante Rena
Sore
itu, Bagas terpaksa berkunjung ke rumah Tante Rena dengan Chika,
adiknya. Kata Mama, Tante Rena baru pulang dari Jepang.
Adik
Papa itu memang sering dikirim perusahaannya bertugas ke luar negeri.
Namun tiap pulang, Tante Rena tidak pernah membawa oleh-oleh, makanya
Bagas malas.
Namun,
saat melihat Bagas dan Chika datang, Tante Rena langsung menyambut
dengan gembira. “Tante punya hadiah untuk kalian,” katanya.
Wah,
tidak biasanya Tante Rena memberi hadiah! Biasanya, ia cuma mengajak
Bagas dan Chika makan di rumah, cerita sambil menunjukkan
foto-fotonya selama di luar negeri .
“Tapi
Tante hanya akan memberi hadiah kalau kalian menjawab pertanyaan
dengan benar,” kata Tante Rena cerdik. “Nah, di manakah foto ini
diambil?”
Astaga,
pertanyaan Tante Rena susah sekali! Bagas mencoba minta petunjuk,
tapi Tante Rena menolak. Mau tak mau, Bagas memerhatikan foto itu
lebih cermat. Di foto itu, Tante Rena sedang melambaikan tangan di
depan bangunan warna putih.
“Seperti
sebuah puri atau kuil. Satu.. dua.. Kelihatannya bangunan itu terdiri
dari lima tingkat,” tebak Bagas tidak yakin.
Bagas
ingin mencari jawabannya di internet, tapi komputer di rumah sedang
rusak.
“Coba
cari saja jawabannya di Perpustakaan Kota Yogyakarta,” saran Mama.
Apa?
Mencari jawaban satu per satu di antara buku-buku di perpustakaan
kota? Membayangkannya saja Bagas sudah malas. Namun ia tidak mau
menyerah. Baru kali ini Tante Rena mau memberikan hadiah.
“Pasti
hadiahnya bukan barang sembarangan,” pikir Bagas semangat.
Esoknya,
Bagas minta Mama mengantarnya ke perpustakaan kota. Kadang Bagas
bosan, jadi sampai di perpustakaan, ia hanya tidur-tiduran atau
bermain dengan teman. Namun pada hari kelima, Bagas menemukan
jawaban.
“Tante,
Bagas tahu!” seru Bagas di telepon. “Jawabannya adalah Kastil
Himeji, betul kan?”
Kemarin,
Bagas iseng bertanya kepada pengunjung yang mengembalikan buku
tentang obyek wisata Jepang. Pengunjung itu lalu menjelaskan tentang
Kastil Himeji, istana tujuh lantai yang dikelilingi tiga menara mirip
burung kuntul. Kabarnya, bangunan itu selalu selamat dari perang.
“Hehe,
betul!” seru Tante Rena. “Besok minta Mama mengantar ke rumah
untuk mengambil hadiah ya.”
Bagas
tersenyum senang. Dengan tidak sabar, ia menunggu hadiah yang
dijanjikan. Namun setelah melihatnya, Bagas kecewa.
“Pembatas
buku? Bagas susah payah membaca buku di perpustakaan cuma untuk
mendapat pembatas buku?” katanya tak percaya.
“Bukan
oleh-oleh. Dari awal kan Tante sudah bilang kalau itu hadiah, jadi
Tante membuatnya sendiri. Bagas tidak suka?” tanya Tante Rena.
Bagas
diam saja. Dia sudah membayangkan akan mendapat mainan dari Jepang,
tapi Bagas cuma mendapat pembatas buku biasa, buatan sendiri pula.
Kata
Tante Rena, beberapa hari setelah pulang dari Jepang, temannya
mengajari membuat pembatas buku berbentuk washi
ningyo atau
boneka kertas Jepang. Bahannya karton
bekas, spidol dan kertas kado.
“Harusnya
Tante buat dari washi,
kertas
khusus dari Jepang untuk membuat boneka, tapi mahal. Akhirnya Tante
buat dari bahan-bahan yang ada saja,” terangnya.
Dengan
seksama, Chika memerhatikan Tante Rena memeragakan cara membuat
pembatas buku itu. Namun, Bagas memilih menyingkir ke teras.
Beberapa
saat kemudian, Tante Rena menyusulnya. “Bagas, maaf ya,” katanya.
“Bukannya
Tante tidak punya uang untuk membeli oleh-oleh, tapi sejak kecil,
Papa Bagas, Tante dan saudara-saudara lain hidup berkekurangan.”
“Tiap
kali Tante dapat kesempatan ke luar negeri, Nenek selalu berpesan
begini, ‘Rena nggak usah beli oleh-oleh, buang-buang uang saja.
Rena pergi ke museum saja, biar dapat ilmu. Nanti, oleh-olehnya untuk
keluarga di rumah, ya cerita Rena.’”
Bagas
melongo. Ia tidak menyangka Neneknya bisa berpesan begitu.
“Tapi
Tante ingin memberi Bagas dan Chika hadiah. Makanya Tante membuat
pembatas buku itu,” katanya.
“Nanti
pakai pembatas bukunya ya, biar Bagas pintar karena sering baca buku.
Nggak melulu tanya Papa atau belajar dari internet.”
Bagas
tersipu. Tantenya itu memang serba tahu. Dalam hati Bagas berjanji
untuk selalu memakai pembatas buku hadiah Tante Rena itu.
0 komentar:
Post a Comment