Resume
This story tells about Nina, an elementary student who joins in a competition to decorate the Easter eggs in her class. After carefully decorated its egg into a fairy--as her mother taught--Nina leaves the class to the toilet. However, when she comes back, Nina finds out that her egg cracks. Worse, Nina can't fix it because minutes ago, she gave her extra eggs to Sari, her friend, when she accidentally nudged it. Because of the incident, Nina failed to be the winner of the competition. However, she is happy when Sari, who becomes one of the winners, shares the chocolate gift with her. Yes, Nina has been failed to be the winner, but she is still a winner because she wants to share her precious thing with others. Her mom must be proud of her.
Idea
I got the idea based on my personal experiences in kindergarten. Same as Nina, the main character in this story, the teacher in my class organized the Easter egg decorating contest. My Dad has taught me to decorate it into a fairy and I became one of the winners in the competition--although my egg fairy had a bit of crack in the egg.
I wrote this children story last April 2014 and sent it to Yunior and Bobo before. However, it needs exactly 4 years until it publishes in a media. So, I am really glad when last night, my grandfather called me to inform that news. This children story is one of my favourite, honestly.
***
Ibu Peri Juara
Sebentar lagi Paskah. Seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah Nina mengadakan lomba mengadakan lomba menghias telur Paskah di tiap kelas. Kemarin Nina sudah meminta Mama mengajarinya.
“Itu apa, Ma?” tanya Nina saat Mama datang membawa bungkusan.
“Ini bahan untuk menghias telur Paskah,” kata Mama sambil tersenyum.
Di dalamnya ada semua peralatan yang dibutuhkan untuk menghias telur Paskah. Mulai dari telur plastik, kertas marmer, kertas lipat, spidol warna-warni, lem, gunting, kapas dan sejumlah manik-manik.
“Nanti telur ini kita hias menjadi peri,” kata Mama.
Nina tersenyum senang. Ia suka sekali pada peri. Boneka-boneka peri di kamarnya banyak sekali. Bahkan, seprai kamarnya pun bergambar peri.
Setelah beristirahat, Mama lalu mengajari Nina menghias telur Paskah. Mula-mula kertas marmer warna emas digulung. Kemudian, telur plastik yang sudah digambari direkatkan di atasnya hingga membentuk kepala.
Selanjutnya Mama mengajari Nina membuat rok dari kertas lipat. Bagian bawah kertas digunting sedikit hingga telur itu dapat berdiri. Setelah itu, tempelkan kertas marmer yang sudah digunting menyerupai sayap. Terakhir, Mama membantu Nina membuat kepangan rambut dari kapas.
“Nah, sudah jadi!” kata Mama. Nina lalu menempelkan hiasan terakhir berupa kertas marmer yang dibentuk seperti pita di pakaian si peri.
“Gampang kan membuatnya? Nanti, hati-hati saat menghias telur ini di kelas,” pesan Mama.
Saat lomba, Nina dan teman-temannya memang tidak boleh menggunakan telur plastik, melainkan telur asin atau telur ayam yang sudah direbus.
Nina mengangguk. Ia sudah membayangkan telur Paskah miliknya menjadi juara saat lomba.
Esoknya, dengan bangga Nina membawa kotak prakarya miliknya. Di dalamnya ada bahan-bahan yang ia butuhkan, termasuk telur ayam rebus tambahan yang sudah Mama siapkan. Siapa tahu saat sedang menghias nanti, telur ayam milik Nina jatuh dan berantakan.
Nina lalu menghias telur ayam miliknya seperti yang Mama ajarkan. Namun mendadak..
“Aduh!” seru seseorang di samping Nina.
Rupanya Sari tak sengaja menyenggol telur ayam miliknya. Kini telur itu retak di sejumlah bagian.
“Hm.. aku bagi atau tidak ya?” pikir Nina bimbang. Ia teringat telur ayam tambahan yang Mama siapkan untuknya. Nina ingin memberikan telur itu, namun khawatir kalau nanti ia akan membutuhkannya juga. Tapi saat melihat wajah Sari yang sudah hampir menangis, Nina berubah pikiran. Ia segera memberikan telur miliknya.
“Ini untukmu saja. Aku membawa dua,” kata Nina.
Mendadak ia merasa lega. Nina lalu melanjutkan menghias telur Paskah miliknya.
“Akhirnya jadi juga,” kata Nina.
Ia memandangi telur paskah miliknya dengan bangga. Nina lalu pergi ke toilet untuk cuci tangan. Kedua tangannya sudah lengket karena terkena lem.
Sebelum pergi, tak lupa Nina menaruh telur miliknya di tempat yang aman. Ia juga meminta Olin menjaganya. Namun, betapa terkejutnya Nina saat ia kembali dan melihat telur Paskah miliknya berada di lantai.
“Siapa yang menjatuhkannya?” tanya Nina marah.
Tak ada satupun yang menjawab. Teman-teman Nina memandanginya dengan ketakutan.
“A..aku juga tidak tahu, Nin. Tadi Bu Tari memanggilku sebentar. Saat aku kembali, kondisinya sudah begitu,” kata Olin menyesal. Ia merasa bersalah melihat telur Nina yang kini berantakan.
Dengan sedih Nina memungut telur paskah itu. Sebelah sisinya rusak hingga terlihat putih telur rebus yang menjadi isinya. Hilang sudah harapan Nina supaya telur Paskah miliknya menjadi juara. Seandainya Nina punya telur tambahan, pasti ia akan memperbaiki telur Paskah ini. Tapi ia kan sudah memberikan telur itu kepada Sari.
Nina lalu meletakkan telur Paskah miliknya di meja. Tidak ada lagi yang bisa dilakukannya selain melihat teman-temannya yang masih sibuk menghias telur Paskah milik mereka. Ada yang menghiasnya menjadi bunga matahari, lebah, kelinci, hingga durian!
Saat penilaian, Bu Tari berkeliling kelas. Sampai di meja Nina, ia memandangi telur paskah buatannya dengan bingung. Sebenarnya telur itu cantik sekali. Nina sudah menghiasnya dengan rapi. Namun sebelah sisinya rusak, tepat di bagian kepala peri.
“Ya sudahlah, mungkin memang belum saatnya Nina jadi juara,” kata Nina dalam hati.
Benar saja, saat pengumuman pemenang, tak ada nama Nina di sana. Hanya nama Raras, Olin dan Sari. Padahal telur Paskah buatan Nina tak kalah bagusnya dengan punya mereka. Nina kecewa.
“Nin, ini..,” kata Sari. Ia menyodorkan sebungkus coklat. Tadi Bu Tari memberikannya sebagai hadiah lomba. “Kita bagi berdua ya. Kan tadi kamu sudah membagi telur ayam milikmu.”
Nina tersenyum. Paskah kali ini, ia mendapat pelajaran untuk berbagi. Telur Paskah yang ia hias memang tidak menjadi juara, namun Nina tetap jadi juara karena sudah mau berbagi. Mama pasti bangga padanya.
0 komentar:
Post a Comment